Minggu, 21 Agustus 2011

Mau Lo Apa sih??? ( Part..2 )

“Diraaa.....Diraaa....bangun!! Udah jam setengah tujuh nih. Diraaaa....” panggil ibu dari balik pintu sambil mengetuknya. Mungkin karena lelah atau akau yang malas, panggilan ibu itu tidak menggubris telingaku sama sekali. Dan, ketukkan ibu pun semakin kencang seperti sedang memukul-mukul.
“Hhhheeeeeemmmm....” jawabku sambil menarik badanku yang masih berada di atas tempat tidur.
“Diraaa...ceppet bangun!! Kamu gak mau sekolah ya?!”
“Ini jam berapa sih? Kok udh terang banget ya?” Kataku sambil membuka horden kamar.
“Diraaaa.....bangguuuuunnnnn!!” Ibu benar-benar tidak sabar.
Hhhaaahhh?! Jam 06.40!!!! “Aduh...aduh...gimana ini?” Aku gelagapan sendiri, memegang kepala, dan berputar-putar tidak jelas.
“Diraaaaaaaaa....!!!!”
“Apa sih ibu, berisik banget! Dira udah bangun,” jawabu agak kesal. Bagaimana tidak, aku sudah terancam terlambat, dan ibu masih saja memangil-manggil namaku sambil ngedumel di balik pintu. Aku segera membuka pintu, mengambil handuk, dan langsungg masuk kamar mandi.
“Diraaa...mata kamu dimana?!” bentak ibu. Ternyata ketika aku keluar dari kamar, tidak sengaja aku menabrak ibu. Tetepi karema aku sudah berada di dalam kamar mandi, alhasil pernyataan ibu tidak aku pedulikan. Kali ini, aku lebih memperdulikan nasibku, yang sudah pasti akan terlambat.
“Mampus gue. Baju seragam gue dimanaaa???”
“Bmaaakkkk, bmaaakkkk......” Panggilku.
Untungnya Bmak Sri segera datang. “Ada apa ya?”
“Bmak baju putih Dira dimana? Kok gak ada di lemari sih?”
“Kan dua-duanya dicuci, jadi masih basah.”
“Loh kok?”
“Iya kan, kemaren bmak Dira baru masukin.”
GOSH!! Nasib gue gimana ini yak?
“Pak Dody mana? Mana? Mana?” tanyaku.
“Lagi sakit bmak, jadi hari ini bmak Dira di suruh naik ojek. Ini uangnya dari ibu,” kata Mbak Sri.
Gilaaaa. Makin telat aja gue ke sekolah. Aku berjalan menuju depan kompleku. Setibnya di pangkalan ojeg, aku memanggil satu diantara mereka.
“Bang SMA 75 ya.”
“Oke”
“Ngebut ya bang,” pintaku
“Sip...”
Setengah perjalanan aku melihat jam tanganku. 07.25. Lemas rasanya melihat angka-angka itu. Emang ini gara-gara DVD semalam.
Karena memang sekolahku cukup jauh dari rumah, alhasil aku sampai tepat pukul 08.00
“Paakk, bukain pintunya dong, Paakk...” pintaku kepada Pak Sofyan selaku Satpam sekolah.
“Gak punya jam ya di rumah?”
“Yah, pak, punya pak. Banyak malah,” jawabku dengan muka memelas.
“Tau kan apa salah kamu?”
“Tau banget malah, Pak.”
“Nah, berarti kamu udh tau dong jawabannya.”
“Yah, bapak gak kasian sama saya?”
“Peraturan harus di tegakkan. Kamu baru boleh masuk ketika istirahat pertama.”
“Paakkk...” bujukku
“Tidak bisa!”
“Pak, coba bayangin saya ini nak bapak. Bapak gak kasian sama anak bapak kalo diginiin sama satpam sekolahnya?”
“Saya belum menikah, jadi saya belum punya anak.”
“Sudah kamu pergi saja dulu, nanti jam istirahat pertama kamu baru balik lagi kesini.”
Yasudah, apa boleh buat, emang ini murni benar-benar ke salahanku. Bukan gara-gara mama ataupun Bmak Sri. Karena di sekitar sekoahku ada sebuah rumah makan kecil, aku memtuskan untuk nongrong disana, sekalian mengisi perut.
“Ibu, pesen nasi, pake ayam, sama saur asemnya ya.”
“Minumnya dek?”
“Es teh manis aja deh, Bu.” Ibu itu pun tersenyum, mengiyakan pesananku dan segera mengambilkannya.
“Ini, nak.” Kata si ibu sambil memberikan pesananku.
“Waaahhh, makasih yah, Bu.” Segera aku menyantapnya dengan lahap. Bagaimana tidak, sejak semalam aku belum menyenth nasi sama sekali. Setelah selesai, aku melihat jam. Masih jam 08.15. Sedangkan istirahat pertama jam 10-an. Berarti aku masih punya 2 jam lagi.
“Bu, saya nambah, sama kayak yang tadi ya,”
Ibu itupun mengambil pirinku dan mengambilkan menu makanan seperti tadi. Dan setelah itu menyodorkan kembali kepadaku. Aku masih menyantap makanannya dengan lahap. Setelah, piring ke dua ini habis, aku menghampiri si pemilik warung dan membayarnya.
“Maksih ya, nak.”
“Iya, sama-sama, Bu.”
Aku berjalan sambil menundukkan kepala meninggalka warun itu.
“Dira!” Sapa seseorang kepadaku. Ketika, aku mengankatkan kepalaku, ternyata cowok kemaren lagi.
“KOK LO LAGI SIH?”

Read More..

Kamis, 18 Agustus 2011

Mau Lo Apa sih???

“Fine!! Kalo itu yang lo mau, gue sanggup lakuin!!” bentakku sambil berjalan meninggalkannya di koridor sekolah. Emang dia pikir gue gak bisa! Gerutuku. Tiba-tiba muncul seorang pria yang berdiri tepat di depanku. Entah siapa laki-laki ini. Tetapi mukanya sering aku lihat. Ah! Aku lupa siapa namanya.
“Hhmm, maaf anda ini siapa?”
“Kamu Dira kan?”
Whaaatttt!! Dia tau nama gue????!!!!!
“Eeeee....i..y...a... Anda siapa ya?” Mataku menatap wajahnya dengan tajam.
“Kamu lupa ya sama aku”
“Kita pernag kenal?????” Tanyaku spontan.
“Pernah kok, Dir.”
“Tapi, dimana?”
Hanya senym yang lebar yang terlihat di wajahnya untuk menjawab pertanyaanku. Untuk beberapa saat, aku mencoba menginga – ingat siapa orang ini. Tetepi, otakku sudah terlalu penuh untuk mengingat siapa orang ini.
“Trus, emang ada urusan apa lo sama gue?”
“Ya, you know lah, Dir.....”
“Maksud looooo????”
“Ternyata, setelah sekian lama kita udah gak pernah ketemu, lo bener-bener gak kenal gue lagi. Lo bener-bener udah berubah.”
“Maaf ya, otak gue udah penuh buat inget lo siapa. Mendingan, kalo lo pingin banget banget banget gue inget sama lo, lo kasih tau aja lo itu siapa. Beres kan perkaranya??!!”
Dia hanya terdiam sesaat lalu, kembali melanjutkan omongannya.
“Nanti jam 8 malem, gue ke rumah lo. Jangan kemana – mana. Oke?”
“Heh, jangan seenaknya lo dateng ke rumah gue. Gue gak kenal siapa lo!”
“Bye, Diraaaaa.....” Dia sama sekali tidak menghiraukan kata-kataku.
“Yaudalah, Dir...sabar aja sama orang kayak gitu. Lo ikutan aja apa yang dia mau. Suka – suka dia mau ke rumah lo kek mau enggak kek.”
“Yyyeeee.....maksud lo apa? Gue pasrah aja gitu ada orang yang gak dikenal main asal dateng ke rumah gue. Kalo tau-taunya dia mau neror rumah gue trus rumah gue dibom gimanee?? Gue mau tinggal dimana? Jadi gelandangan? Lo mau nampung gue di rumah lo?!” Jawabku panjang lebar.
“Jujur ya Dir..ogah gue nampung lo di rumah gue. “
“Yaudah makanya lo diem. Gak tau masalahnya, sok ikut campur!”
“Maaf Ddirrr....snewen amet lo hari ini. Darah tinggi lo kumat????”
“Kampret!!”
“Hahahaha.”
“Lo pulang naik apa?”
“Dijemput. Kenape? Mau nebeng?”
“Hehehehe....”
“Dasar!”
Sambil menunggu supir Tya datang, kami duduk-duduk di bawah pohon dekat perpustakaan.
“Dddiiirrr....” Sambil menarik-narik lengan bajuku.
“Ape?”
“Ternyata dia ganteng banget ya. Baru sadar.”
Aku menoleh ke arahnya, wajahnya sedang senyum-senyum sendiri dan memandang sudut sekolah. Ternyata dia sedang menoleh ke arah Kenny, cowok terganteng di kelas Tya.
“Yang lo maksud Kenny?”
“Ho-oh!” Dia mengangguk
“Mana gantengnya? Badan bantet gitu lo bilang ganteng. Apa lo kena santet?”
“Hush! Enak aja!”
“Apa jangan – jangan dia pake susuk?”
“Maksud lo?”
“Ya, kali aja dia pake susuk, makanya lo bilang dia ganteng! hehe”
“Gak mungkin."
“Haha, bercanda kali. Lo jangan anggep itu serius."
Belum sempat Tya membalas kata-kataku. Pak Dody sudah datang. Kami berdua pun menyambangi Pak Dody. Dan Tya pun merasa sedih, karena meninggalkan ‘pemandangan’ Kenny.
“Pak, lama banget sih datengnya!” Keluh Tya
“Maaf ya, non. Tadi anak bapak sakit, jadi nganter ke puskesmas dulu,” jawab Pak dody sambil membukakan pintu mobil untuk kami berdua. Di perjalanan menuju pulang, kami berdua hanya terdiam. Tidak berkata apapun. Ingga tidak terasa sudah sampai di rumahku.
“Makasih ya Ty, Pak Dody,” ujarku sambil tersenyum kepada mereka. Mobil Tya pun berjalan meninggalkan aku yang masih berdiri di depan rumahku sendiri. Aneh rasanya, yang biasanya pagar rumahku tertutup, kali ini terbuka lebar-lebar. Dan ada sebuah mobil yang parkir tepat di depan rumahku. “Hhhhmm, mungkin tamu ayah atau ibuku,” predikdiku dalam hati.
“Ibbuuuu.....aku pulangggg,” teriakku dari pagar menuju ke teras rumah. Ketika aku sampai di teras rumah, terlihat ada seseorang yang tak ku kenal. Aku mencoba melihat ke dalam, mencari tahu siapa orang itu. Dan ternyata......
“Whhhhhaaaaaatttt!!! Lo lagi?”
“Hy, Dir. Kok lama banget sih nyampe rumahnya. Gue udah lama nungguin lo disini.”
“Mau lo apa sih?! Hah?!” Jawabku dengan ketus. Tiba – tiba ibu muncul dari dalam.
“Diraa, jangan galak – galak sama teman kamu sendiri. Nanti gak punya temen lohh...”
“Apa, Bu temaaannn???”
“Iya”
“Dia bukan temen Dira, Bu. Tapi, dia itu hanya orang yang uat Dira hari ini terusik banget.”
“Hush! Gak boleh ngomong gitu ah, gak baik,”
Lalu, si cowok itu menjawab perkataan ibu yang semestinya aku yang menjawabnya, “Dira, emang gitu kok Tante anaknya, suka bercanda. Pertamanya marah – marah, nanti juga dia baik lagi kok”
“Gak usah sok kenal deh sama gue. Emang dari awal gue gak kenal lo, trus mau apa? Toh lo gak mau nyebutin identitas lo kan??? So, berarti lo hanya trouble maker bagi gue. Ngerti??!!! Mending sekarang lo pergi dari sini!!” Kataku sambil menarik lengannya ke arah pagar rumah.
“Eh, Diraaa, Diraaa. Gak boleh gitu. Diraaaa....” Teriak ibu yang terus membuntutiku. Tetapi, aku tidak menghiraukan semua perkataan ibu.
“Nah sekarang, mending lo pergi deh! Tcchhuuusssss.....” kataku ketika sudah sampai di depan pagar rumah. Tanpa reaksi dan tampang melas, si cowok itu pun pergi meninggalkan rumaku. Dan ibu terus mengoceh menasehatiku.

Read More..

Sabtu, 13 Agustus 2011

Essay Bahasa Indonesia
Nama : Nisa Widya Amanda
Kelas : X.6

Sebelum R.A. Kartini berhasil melakukan emansipasi pada wanita, wanita tidak pernah dianggap penting oleh kaum lelaki. Wanita benar-benar dianggap rendah. Mereka hanya berfikir bahwa wanita hanya seseorang yang hanya bisa bekerja di dapur, dan berbagai pekerjaan rumah. Namun, R.A Kartini tidak mau terima begitu saja. Ia ingin wanita mempunyai derajat yang sama dengan kaum lelaki. Ia tidak mau wanita hanya dipandang sebelah mata. Akhirnya, Kartini melakukan hal-hal yang ternyata mendapat dukungan dari kaum wanita Indonesia kala itu. Dan ia memanfaatkan keturunan nigratnya untuk mendapatkan teman dari Belanda. Ia surat-menyurat dengan kawannya itu. Dari surat-menyurat itu Kartini mendapatkan inspirasi bagaimana untuk melakukan emansipasi. Tetapi, karena Kartini adalah keturunan Ningrat, maka ia mempunyai banyak peraturan-peraturan yang secara tidak langsug mengikat dirinya dan memaksanya untuk tunduk. Tetapi, ia tidak mau tunduk dan pasrah begitu saja, ia berani menyuarakan pikirannya, yang ia tau bahwa itu tidak sesuai dengan peraturan dan etiket orang Jawa.
“Peduli apa aku dengan segala tata cara itu… segala peraturan, semua itu bikinan manusia, dan menyiksa diriku saja. Kau tidak dapat membayangkan bagaimana rumitnya etiket di dunia keningratan Jawa itu… tapi sekarang mulai dengan aku, antara kami (Kartini, Roekmini, dan Kardinah) tidak ada tata cara lagi. Perasaan kami sendiri yang akan menentukan sampai batas-batas mana cara liberal itu boleh dijalankan” (Surat Kartini kepad Stella, 18 Agustus 1899). Itu lah sepenggal surat Kartini kepada temannya, yang membuktikan bahwa Katini memang benar-benar berani dengan keadaanya sebagai keturunan ningrat.
Kartini berhasil mendirikan sekolah yang khusus untuk kum wanita. Wanita mempunyai kedudukan yang sama dengan kaum leleki. Di sekolahnya itu Kartini mengajarkan berbagai pelajaran mengenai memasak, menyulam, menjahit dan lain-lain. Ketika Kartini tuup usia, perjuangan tidak padam begitu saja. Perjuangannya diteruskan oleh Dewi Sartika. Namun, Dewi Sartika bukan berasal dari Jepara seperti Kartini, teteapi Dewi Sartika adalah perempuan yang berasal dari Bandung. Tetetapi, apa yang diajarkan oleh Dewi Sartika sama dengan Kartini. Dewi Sartika bisa dibilang, hanya meneruskan perjuangan yang telah diritis oleh Kartini.
Sekarang, pada zaman globalisasi., apa yang telah dilakukan tokoh perempuan indonesai tersebut tidak sia-sia. Kita bisa melihat bahwa, perempuan zama kini, boleh menuntut ilmu setinggi-tingginya, bisa menyuarakan pendapat mereka, dan wanita-wanita hebat berhasil menduduki jabatan penting di negri kita. Seperti Ibu Megawati yang berhasil menjadi presiden wanita Indonesia pertama dan Sri Mulyani yang menajdi Menteri Ekonomi dengan pemikirannya yang lugas yang kini menjadi Menteri Keunagan Dunia untuk negara-negara berkembang. Ini merupakan suatu kebanggan, bagi kita semua, khususnya kaum wanita. Kita patut berterima kasih kepada Kartini, Dewi Sartika dan kawan-kawannya karena atas perjuangan yang mereka lakukan, kita para wanita masih bisa mengenyam pendidikan. Kita jangan mau kalah dengan laki-laki. Apa yang dilakukan laki-laki sebenarnya kita pun juga bisa. Tetapi harus tindakan-tindakan yang positif. Asalkan ada usaha dan tidak luput berdo’a kepada Tuhan.
Berbangga hatilah kita yang menjadi wanita karena sebenarnya kaum wanita memegang peranan penting dalam negeri dan kehidupan. Namun, hanya saja kita yang tidak pernah menyadari hal-hal tersebut. Conth lain wanita hebat lainnya adalah Angela Merkel, ia adalah tokoh wanita yang berasal dari Jerman. "Siapapun yang mempunyai pesan yang ingin disampaikannya, tidak membutuhkan make-up". Inilah salah satu ungkapan yang pernah terlotar dari wanita Jerman tersebut. Kita bisa mnarik kesimpulan bahwa wanita berhak menyuarakan apa yang ada dipikirannya, dan penyampainya pesan tersebut tidak perlu melaui perantara orang yang leih hebat atau mempunyai kekuasaan yang ebih inggi. Jangan pernah takut untuk berpendapat, terutama wanita-wanita Indonesia. Karena ada sebagian masyarakat di daerah-daerah tertentu yang masih belum berani untuk berdiri untuk menunjukkan bahwa ia pun juga bisa sebagai lelaki.
Lingkungan hidup. Pengertain dari lingkungan hidup sendiri adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan mahluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Manusia tidak bisa terlepas dari lingkungan hidup. Untuk makan, minum dan lainnya, semuanya sangat tergantung dengan alam. Namun, bisa kita lihat sekarang. Lingkungan hidup kita sudah benar-benat tercemar. Baik tercemar oleh udara mauun gas-gas bahaya. Kebakaran hutan sering terjadi, khususnya di Kalimantan, dan penebangan hutan secara liar sudah terjadi dimana-mana. Akhirnya, kegundulan hutan yang menyebabkan ekosistem kita rusak. Hewan dan tumbuhan menjadi langka. Mereka kehilangan tempat tinggalnya. Tidak hanya itu, akibat dari hutan yang gundul, tanah kita tdak bisa meyerap air banyak, yang tentunya pada musim hujan, kebanjiran terjadi dimana-mana. Kira sering menyerukan Go Green, Go Green dimana-mana. Tetapi, apakah dengan melakukan Go Green hutan kita akan kembali seperti dulu lagi yang dibelakangnya masih ada tangan-tangan “usil” yang pastinya usaha tersebut akan gagal. Kita peru mensosialisasika pentingnya hutan dalam hidup kita. Kita jangan hanya tau teori dan pandai besuara, namun kita harus tau keadaan di lapangan yang sebenarnya, da melaksanakan program yang telah direncanakan dan dibuat.
Pelestarian lingkunagn hidup tidak luput dari peranan wanita. Contohnya saja adalah Ibu Ani Yudhoyono. Ia bersama rekan-rekannya, mempunyai program penghijauan, yaitu satu orang stu pohon. Dimana, diusahakan setiap penduduk Indonesia wajib paling sedikit menanam satu pohon, baik di rumah maupun di pinggir jalan atau lingkugan tempat tinggal mereka. Program lainnya adalah, sekarang sekolah-sekolah sedang mengusahakan menghijuakan lingkungannya dan para siwa diminta untuk membawa minimal satu jenis pohin. Tujuannya adalah agar pra siswabelajar mencintai alamnya. Dan dengan program ini, sekolah juga berharap, agar lingkungan menjadi hijau dan mencegah globbal warming lebih parah lagi.

Read More..

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Blogger Template by Blogcrowds